Apa yang dicari dari sebuah perjalanan?

Mujahid Al Mutaz Billah
2 min readMar 20, 2024

--

Puncak Guha, 2022

Suatu hari aku melakukan perjalanan turun dari sebuah Gunung yang sudah lama ingin aku naiki. Pendakian 6 jam diikuti perjalanan turun 4 jam cukup menjadi pengalaman yang mengesankan terlebih ini adalah pendakian gunung pertamanya bagi dua orang di antara kami.

Semua letih, lelah, hujan-badai, dan pegal terbayar tuntas oleh perasaan yang muncul sesaat setelah kami sampai basecamp. Perasaan yang sudah lama hilang dan ingin aku dapatkan kembali. Perasaan terkoneksi dengan orang-orang asing di sekitar.

Aku bisa merasa terkoneksi dengan masyarakat di pinggiran yang sedang bekerja menggarap lahan, merasakan kesenangan yang sama saat melihat anak-anak sedang bermain di lapangan, juga merasa penuh saat melihat dua orang yang sedang bercengkrama di pinggir jalan dengan penuh senyuman.

Rasa haru mulai aku rasakan karena bisa merasakan hal ini. Ditambah cuaca Garut yang sedang biru-cerah dan sepoi-sepoi angin yang menjalar tubuh kami, hari itu rasanya mindful sekali.

Setiap perjalanan seringkali menghadirkan perasaan-perasaan yang menyenangkan bagi aku pribadi. Membuat aku bisa melihat diri sendiri sebegitu kecilnya dibandingkan luasnya dunia ini. Membuat aku bisa melihat sesuatu yang sedang dihadapi saat ini hanyalah satu bagian kecil dari banyaknya pengalaman kehidupan yang akan aku dapatkan nanti.

Setiap perjalanan bisa mengasah kembali hati yang seringkali tumpul karena obsesi, arogansi, dan egoisme pribadi. Mengingatkan kita untuk kembali berjalan di bumi ini dengan penuh welas asih. Juga menikmati dan merayakan masa kini dengan sepenuh hati.

Memang tidak semua perjalanan yang aku lalui selama ini menghasilkan aftereffect yang menyenangkan. Banyak hari di mana aku tidak bisa sadar penuh akan perjalanan yang sedang aku lakukan. Terlalu fokus pada pikiran sendiri dan tidak bisa menikmati sekitar. Banyak hari juga aku merasa sendiri di tengah-tengah keramaian orang.

Jadi apa yang menyebabkan perjalanan begitu berarti? Mungkin tadi, koneksi-koneksi yang berarti dari manusianya. Entah itu hubungan kita dengan diri kita sendiri atau hubungan kita dengan orang lain.

Aku jadi teringat momen-momen tengah malam pergi motoran mengelilingi Bandung — Cimahi tanpa tujuan yang jelas bersama Siswa Bodoh. Kalau sekarang dipikir-pikir lagi rasanya kayak “dulu kita ngapain sih”. Tapi yang menyenangkan dari dua jam ngalor-ngidul motoran tengah malam gajelas itu tadi: obrolan-obrolan hangat yang menemani kami.

Perjalanan-perjalanan dan interaksi antar manusia yang melibatkan hati ini semoga bisa senantiasa aku hadirkan di setiap chapter kehidupan yang akan aku jalani. Sebagai sebuah sarana untuk mengembalikan kesadaran di tengah-tengah berbagai macam jenis kesibukan dan pikiran.

“To move, to breathe, to fly, to float; to gain all while you give; to roam the roads of lands remote; to travel is to live.” ― Hans Christian Andersen

--

--