Mencari matahari pagi

Mujahid Al Mutaz Billah
2 min readMar 23, 2024

--

Setelah shalat shubuh aku duduk menyandar di atas kasur sambil membuka aplikasi pesan barangkali ada pesan yang belum terbalas dari semalam. Diiringi aktivitas-aktivitas lainnya selama 30 menit, akupun bersiap-siap pergi ke luar untuk pergi ke suatu tempat.

Perjalanan pagi itu cukup menyenangkan. Di jalan aku bertemu dengan orang yang sedang menyapu jalanan, pedagang di pasar yang sedang berjualan, dan orang-orang yang sedang berbelanja mengerumuni para pedagang. Pemandangan yang cukup menyenangkan sambil mengendarai motor yang diatur pada kecepatan pelan.

Aku beranjak melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di daerah tinggi yang bisa melihat Kota Bandung dari kejauhan. Tidak ada yang aku lakukan di sini selain terdiam dan melihat pemandangan. Melepas kesuntukan dari aktivitas sehari-hari yang harus berdiam diri di kamar.

Ada banyak sekali keresahan dan ketakutan yang aku coba urai di tempat itu. Aku membayangkan setumpuk urusan yang perlu satu per-satu aku selesaikan sambil bergumam dalam hati “wah life’s getting harder lately fyuh”.

Aku kembali melihat langit dan pemandangan yang ada di depan. Membayangkan bagaimana rasanya menjalani kehidupan seperti orang-orang yang berada di Kota Bandung sana.

Caringin Tilu, 2022

“apa yang orang-orang di sana sedang rasakan ya? apa mereka sedang menikmati kehidupannya? atau mereka sedang menghadapi tantangan?” aku termenung terlalu dalam. Namun kesadaran itu membuat aku tidak merasa sendirian.

Di pemandangan yang aku bisa lihat sekarang, aku bisa merasakan semua orang yang ada di sana entah itu muda atau tua, wanita atau pria, yang sedang tiduran di pinggir jalan atau yang sedang bersama keluarga, yang sehabis pulang dari kerja kantoran ataupun yang sedang berdagang, mereka juga sama-sama manusia, sama-sama mempunyai masalah hidup yang sedang dihadapi, dan sama-sama mempunyai hati dan akal seperti kita.

Aku menutup mata, mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan sambil melepaskan beban-beban. “semua akan baik-baik saja hid. semua akan baik-baik saja” kata diriku dalam hati. Tak sadar air mata sedikit keluar namun sesak yang lama tersimpan perlahan hilang.

Pukul 7 pagi aku beranjak pulang. Pergi mencari sarapan di daerah perkotaan sambil sedikit bertanya basa-basi dengan Ibu pedagang. Setelah itu kembali ke kontrakan dan melanjutkan kembali kehidupan.

--

--